Kamis, 02 Februari 2012

KISAH NABI HUD A.S.

Setelah Nabi Nuh a.s. wafat, keturunannya mulai ingkar kepada Allah Swt. Maka Allah Swt. mengutus seorang nabi yang bernama Hud ke tengah-tengah mereka. Nabi Hud  a.s sendiri masih termasuk keturunan Nabi Nuh a.s.   Ia adalah putra Sam bin Nuh.

Kaum ‘Ad

‘Ad adalah suatu kaum yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut (Yaman) dan merupakan keturunan Nabi Nuh a.s. Mereka terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang kekar, tinggi dan besar. Kaum laki-lakinya tampan dan gagah, sedangkan kaum perempuannya amat cantik jelita.
Mereka dikurniai oleh Allah keahlian bertani. Tanah yang tandus dapat diubah menjadi tanah yang subur. Mereka memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Mereka juga mempunyai keahlian membangun gedung-gedung bertingkat yang menjulang ke langit serta rumah-rumah yang megah.  Berkat kurnia Allah itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Kaum ‘Ad tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Samud, Sada dan Al-Haba dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.  Ajaran Nabi Nuh a.s sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan hawa nafsu, sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai kehidupan mereka sehingga tidak ada lagi sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku ‘Ad tatkala Allah SWT mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka. 

Dakwah Nabi Hud a.s

Demikianlah maka kepada suku ‘Ad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenal Tuhannya yang memberikan kenikmatan itu semua, maka diutuslan kepada mereka Nabi Hud a.s. 
Nabi Hud a.s adalah seorang yang berasal dari suku mereka sendiri dari keluarga yang kaya raya, terpandang dan berpengaruh. Sejak kecil  terkenal dengan kelakuan yang baik,  sangat terpuji, jujur dan amanah, budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku ‘Ad kepada tanda-tanda keberadaan Allah SWT yang berupa alam sekeliling mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan yang memberikan kepada mereka segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta bentuk fisik yang bagus dan tubuh yang tegak dan kuat. Allah-lah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktu-waktu dapat mereka hancurkan sendiri.
Di terangkan oleh Nabi Hud a.s bahwa dia adalah Utusan Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang menciptakan mereka, menghidup dan mematikan mereka, serta memberi rezeki kepada mereka. Nabi Hud a.s. mengajak dan menasehati kaumnya siang dan malam selama puluhan tahun. 
Suatu hari Nabi Hud a.s berkata kepada kaumnya sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an Surat Hud (11) ayat 50-52 berikut : 
“ Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.  Kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan (nya)?” Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”(Al-Qur’an Surat Hud ayat 50-52)
Bagi kaum ‘Ad dakwah Nabi Hud a.s itu merupakan hal yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka menganggap bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud a.s itu akan mengubah cara hidup mereka dan merusak adat istiadat yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta mereka menolak dakwah Nabi Hud a.s itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau disertai ejekan-ejekan dan hinaan-hinaan.
Kaum ‘Ad berkata: “Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.   Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Al-Qur’an Surat Hud ayat 53-54)
Karena ketekunan Nabi Hud a.s secara terus-menerus menasehati kaumnya, akhirnya beberapa orang dari kaum ‘Ad mulai beriman kepada Allah SWT sesuai ajaran Nabi Hud a.s.  Para tokoh kaum ‘Ad tidak menyukai melihat beberapa orang mulai beriman.  Tokoh-tokoh kaum ‘Ad mulai berbuat kasar kepada pengikut Nabi Hud a.s. Namun demikian pengikut beliau semakin hari semakin bertambah. Akhirnya pemimpin kaum ‘Ad tidak sabar lagi lalu menantang Nabi Hud a.s.
Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar” (Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf ayat 22)

Azab Kepada Kaum ‘Ad

Akhirnya Allah SWT menurunkan azab kepada kaum ‘Ad karena mereka membangkang dan menentang nabi Hud a.s.  Azab Allah SWT itu diturunkan dalam dua tahapan.
Tahap Pertama berupa kemarau panjang. Kekeringan melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperoleh hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.  Hewan-hewan pun satu-persatu mati kelaparan.
Dalam keadaan demikian Nabi Hud a.s masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan azab dari Allah SWT yang dijanjikan dan bahwa Allah SWT masih memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat  dengan meninggalkan berhala-berhala yang mereka sembah serta memohon ampun kepada Allah SWT agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan mereka bisa terhindar bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap tidak beriman dan menganggap janji Nabi Hud a.s itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tahap Kedua merupakan azab yang sangat dahsyat.  Sebelum azab turun Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Hud a.s dan para pengikutnya untuk pindah dan menyelamatkan diri ke Hadramaut.  
Di dalam Al Quran, dituturkan bahwa kaum ‘Ad telah dibinasakan dengan “angin badai yang dahsyat”. Dalam ayat-ayat ini disebutkan bahwa angin badai yang hebat berlangsung selama tujuh malam delapan hari dan menghancurkan kaum ‘Ad keseluruhannya.
“Adapun kaum Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).  Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka” (Al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 6-8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar